Perjalanan
kali ini diawali dari tulisan tulisan komentar teman-teman di facebook
dan KTT FB Group, dan kangcute tour n travel group (karena
masing-masing anggota udah selesai menuntaskan program sarjananya, dan
kembali ke habitatnya masing2, hehehe...) yang mengatakan ingin
ber-ekspedisi lagi dan kumpul bareng anggota KTT lainnya. Dari sana
kami mulai mencari waktu dan lokasi yang tepat, serta membentuk panitia
perjalanan. Dari hasil pencarian di internet serta beberapa info
tentang tempat-tempat yang layak dikunjungi maka dilakukan voting suara
dan terpilihlah sebuah tempat di daerah tanggamus bernama teluk
kiluan.
Beberapa sumber mengatakan teluk kiluan
adalah sebuah pantai yang sangat indah, dengan pulau-pulau dan bukit
yang masih perawan, paitai ini belum banyak diketahui oleh para
wisatawan, dan hanya orang2 nekat dan bermodal rasa penasaran (seperti
kami) saja yang pernah berkunjung kesana karena letaknya yang cukup
jauh dari keramaian dan medan yang cukup berat untuk dilalui.
Setelah
menyiapkan segala macam peralatan, tenda, tali, obat-obatan, bekal dan
perlengkapan pribadi masing-masing, maka pada hari jum’at 09 April
2011 pukul 13:30 tim yang terdiri dari 9 orang mulai bergerak
meninggalkan basic camp KTT yang berada di kota Metro. Perjalanan kali
ini masih tetap menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi
karena kami memperhitungkan beberapa kemungkinan, diantaranya; Arah dan
tujuan objek kami yang belum jelas letaknya, medan yang menurut
beberapa sumber cukup berat, dan waktu tempuh yang cukup panjang.
Kami
mulai melaju dengan kecepatan rata-rata 60km/jam menuju Bandar Lampung
dan sesekali berhenti di beberapa POM Bensin untuk mengisi bahan bakar
kendaraan. Sekitar pukul 14:00 WIB kami tiba di Bandar Lampung dan
kendaraan kami terus melaju menuju arah Teluk, dan dari sini kami telah
dapat melihat bibir pantai yang sebagian telah menjadi objek wisata
seperti pantai Pantai Marina, Lempasing, Kelapa Rapat dan beberapa
objek wisata pantai lainnya. Perjalanan kemi teruskan mengikuti
satu-satunya jalan pinggir pantai yang kondisinya sedikit berlubang dan
berkerikil terus mengarah ke Barat Daya hingga tiba di Markas Komando
Infanteri dan kavaleri angkatan laut Lampung.
Stelah sekitar satu jam perjalanan dari Markas Komando Infanteri dan
kavaleri angkatan laut Lampung, jalan yang kami lalui mulai
meliuk-liuk dengan diselingi tanjakan dan turunan yang cukup curam,
kondisi jalan di daerah ini cukup buruk, karena banyak sekali kerikil
yang lepas dan bertaburan di tengah jalan. Pemakin semakin terasa
‘extreme’ karena jalan yang ada adalah sebuah jalur yang berada
dilereng perbukitan sehingga terdapat jurang tanpa pembatas yang cukup
dalam di sebelah kiri jalan dan tebing batu yang curam tepat di sisi
kanan jalan.
Tepat pukul 16:00 setelah kami
menunaikan ibadah shalat Ashar di sebuah musholla, di sana kami
menemukan sebuah persimpangan jalan dan mendapat petunjuk penduduk
setempat bahwa untuk menuju ke teluk kiluan kami harus mengambil arah
ke kiri. Dari sini kami mendapati pemandangan yang cukup unik karena di
kanan kiri jalan adalah perkampungan penduduk suku Lampung asli dengan
rumah panggung terbuat dari papan dan berukiran khas daerah Lampung,
diselingi dengan pemandangan sawah menguning yang sangat luas dengan
batas pandangan jajaran kebun kelapa dan perbukitan yang puncaknya
berkabut sebagai latar belakangnya.
Akhirnya
tepat pukul 19:00 setelah melewati tanjakan tertinggi dan turunan yang
curam dengan jalan tanah kerikil, kami telah memasuki kawasan teluk
kiluan. Sayangnya saat kami tiba matahari telah bersembunyi di
peraduannya, sehingga hanya suasana gelap yang terlihat di perkampungan
penduduk yang hanya mengandalkan penerangan dengan menggunakan
generator/ jenset. Disana kami disambut dengan baik oleh para penduduk
setempat, keramahan dan keakraban suasana desa langsung terasakan oleh
kami. Kami langsung diantarkan ke sebuah rumah yang merupakan tempat
penitipan kendaraan dan pemilik vila yang juga menyediakan fasilitas
penyebrangan dengan perahu ke pulau kiluan.
Tepat
pukul 20:30 kami mulai disebrangkan dengan menggunakan perahu cadik
kecil bermesin tempel, yang hanya bisa ditumpangi oleh maksimal 8 orang,
sehingga kami pun dibagi menjadi 2 kelompok dan diantar bergantian.
Suasana lumayan gelap karena tidak ada bulan dan hanya terlihat kelip
lampu rumah di sepanjang garis pantai yang kami tinggalkan dan terkadang
terlihat rumah apung yang digunakan warga untuk menanam terumbu
karang, karena daerah ini termasuk daerah yang dilindungi dan dijaga
kelestarian alamnya.
Pukul 21:00 kami telah
sampai di pulau kiluan dan mulai mendirikan tenda (kami memang berniat
menggunakan tenda dan tidak menyewa villa (harga villa disini cukup
murah) namun kami memang ingin merasakan suasana yang alami, setelah
tenda berdiri kami membuat api unggun dan langsung makan malam karena
memang perut sudah keroncongan, dilanjutkan dengan aktivitas
masing-masing, bersantai-santai sambil bernyanyi (kalau memang pantas
disebut bernyanyi) atau membakar munthul (ubi jalar). Sampai larut malam
baru semua bisa terlelap karena hujan gerimis dan angin kencang
menerpa, sehingga kami semua harus tidur berjubel di dalam tenda.
Pagi
hari pukul 05:30 barulah kami dapat melihat sebuah pemandangan yang
hanya dapat dilukiskan oleh mata yang melihat langsung, sebuah mahakarya
Allah SWT terhampar agung di hadapan kami, walaupun cuaca masih
remang-remang dan berkabut, namun telah terlihat hamparan pasir putih
yang luas dan lembut, tersibak saat datang ombak kecil dari air laut
yang biru bersih bening dengan latar belakang pulau pulau kecil yang
masih rimbun oleh pepohonan berbaris di depan sebuah puncak bukit yang
terlihat dengan puncaknya yang memutih diselimuti oleh kabut. Serta
jajaran batu karang yang membelah ombak di tengah laut.
Kami
sarapan pagi pada pukul 07:00 dilanjutkan dengan menikmati
pemandangan, berenang dan bermain futsal di pantai yang berpasir luas.
Kami juga menemukan banyak kerang yang menempel di batu-batu karang,
saat dibakar di dalam bara api ternyata rasanya sungguh lezat. Setelah
seharian bercengkrama dengan teluk kiluan kami mandi bergantian di
sebuah sumur air tawar yang ada di pulau ini dan tibalah saatnya kami
berkemas untuk kembali pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar